Rabu, 02 Mei 2012

Global Warming as Global Issues



                                                                   (Save the World)




Jakarta terasa begitu panas tidak saja oleh para bikers dan pejalan kaki, tetapi juga dirasakan oleh pekerja kantoran yang sesungguhnya bekerja di dalam ruangan yang diselimuti AC (Air Conditional). Suhu Jakarta akhir-akhir ini berkisar antara 32-33' celcius per hari. Namun, menurut data yang di keluarkan oleh BMKG Provinsi DKI Jakarta bahwa suhu normal wilayah Jakarta berkisar antara 23-33' Celsius, jadi tidak perlu khawatir akan dampak yang berlebihan.

Pada bulan september 2008 lalu, suhu di Jakarta mengalami peningkatan 35' Celcius. Sesungguhnya hal ini tidak membuat kita menjadi kaget atau terkagum-kagum, mengapa? Karena hal ini merupakan dampak dari pemanasan global  yang sudah menjadi perbincangan dunia atau masalah global.

Pemanasan Global dalam bahasa Inggris adalah Global Warning  merupakan suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosferlaut, dan daratan BumiSuhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.


Penyusun Gas Rumah Kaca di Atmosfer:
Molekul Gas Rumah Kaca (GRK) atau Greenhouse Gasses (GHG):
- CO2 – CH4
- N2O – HFC
- PFC – SF6
Gas CO2 merupakan kontributor terbesar (60 %) dari 6 macam GRK. Konsentrasi gas CO2 yang meningkat ini adalah akibat langsung dari kegiatan ekonomi manusia (anthropogenic) melalui pembakaran bahan bakar fossil, seperti: minyak bumi, batubara, dan gas alam.Gas methane ditimbulkan dalam proses fermentasi “anaerobic” atas biomassa, seperti pada timbunan sampah kota, sampah pertanian, pengolahan tanah pertanian, dsb.Senyawa-senyawa fluor dihasilkan oleh industri teknik pendingin.Suhu normal bumi rata-rata 150C. Bila tak ada GRK akan turun jadi -180C.(asi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar